Jumat, 25 Juli 2014

ANALISA INTERFERENSI FM TERHADAP LINK TRANSMISI SATELIT INTERMEDIATE DATA RATE

ANALISA INTERFERENSI FM TERHADAP LINK TRANSMISI SATELIT INTERMEDIATE DATA RATE

ANALISA INTERFERENSI FM TERHADAP LINK TRANSMISI SATELIT INTERMEDIATE DATA RATE

Dr.Ing. Mudrik Alaydrus dan Zubair
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Industri, Universitas Mercubuana

Abstrak- Sistem komunikasi satelit pada hakekatnya adalah sistem transmisi gelombang radio, dimana satelit merupakan repeater tunggal. Pada sistem komunikasi satelit banyak ditemukan gangguan-gangguan, diantaranya adalah interferensi FM. Interferensi ini disebabkan oleh stasiun bumi yang terinduksi oleh frekuensi radio FM dengan range 88 – 108 MHz, induksi radio FM ini masuk melalui kabel IF.
Pada tugas akhir ini dianalisa akibat yang ditimbulkan oleh interferensi FM ini terhadap link satelit dengan perhitungan link budget. Nilai C/N total carrier IDR sebesar 11,857 dB. Dan C/N total setelah terinterferensi FM sebesar 10,757 dB. Nilai C/N total turun sebesar 1,1 dB. Hal ini berakibatkan pada performansi link satelit


I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Sistem komunikasi satelit pada hakekatnya adalah sistem transmisi gelombang radio, dimana satelit merupakan sebuah repeater tunggal. Prinsip dasar sistem komunikasi satelit adalah suatu terminal sinyal dikirim ke stasiun bumi, kemudian dari stasiun bumi sinyal tersebut dipancarkan ke satelit. Pada komunikasi satelit ditemukan banyak gangguan atau interferensi salah satunya adalah interferensi radio FM. Interferensi ini disebabkan oleh stasiun bumi yang terinduksi oleh frekuensi radio FM dengan range 88 – 108 MHz sehingga terpancarkan ke satelit. Interferensi radio FM ini menginduksi melalui kabel IF yang mengakibatkan menganggu carrier yang terdapat pada transponder dan besar nilai C/N total akan berdampak terhadap perhitungan link budget

1.2 Tujuan
Tujuan penyusunan Tugas Akhir ini adalah untuk:
a. Mengamati dan menganalisa terjadinya interferensi radio FM pada stasiun bumi.
b. Menganalisa pengaruh yang ditimbulkan akibat interferensi radio FM.
1.3 Batasan Masalah
Dalam Tugas Akhir ini diberikan pembatasan-pembatasan masalah sebagai berikut:
a. Sistem dan satelit adalah Telkom-1
b. Tidak membahas modulasi FM
c. Range frekuensi FM yang dipakai adalah 88-108 MHz
d. Jenis modulasi yang dipakai 8-PSK
e. Band frekuensi yang digunakan adalah C band

II. SISTEM KOMUNIKASI SATELIT

2.1 Latar Belakang
Teknologi satelit berawal dari tulisan Arthur C. Clarke (1945) yang berjudul Extra Terrestrial Relays, tulisan ini muncul karena adanya keterbatasan jarak untuk transmisi radio terrestrial (permukaan bumi. Pada dasarnya komunikasi melalui satelit adalah sama dengan sistem radio microwave dengan sebuah pengulang. Dimana pengulang yang berupa satelit yang mengorbit bumi dengan jarak 36.000 km (22,300 mil) dari permukaan bumi. Gambar berikut merupakan ilustrasi sistem komunikasi satelit mengelilingi permukaan bumi dengan banyak satelit pada orbit geostationer (GEO) sehingga dapat menjangkau hampir seluruh permukaan bumi

Gambar 1 Sistem Komunikasi Satelit

Secara garis besar sistem komunikasi satelit terdiri atas 2 komponen, ground segmen (user terminal, stasiun bumi dan jaringan) dan space segmen (power supply, kontrol temperature, telemetry, tracking dan command / TT&C) . Arsitektur sistem komunikasi satelit terlihat pada gambar


Gambar 2. Arsitektur sistem komunikasi satelit

2.1.1 Space Segmen
Pada dasarnya sebuah satelit adalah benda angkasa yang mengelilingi benda angkasa lainya. Untuk dapat melaksanakan tugasnya memancarkan kembali (relaying) sinyal-sinyal yang diterima dari bumi maka suatu satelit didukung oleh perangkat yang handal



2.1.2 Ground Segmen
Pada dasarnya stasiun bumi adalah jaringan lanjutan untuk menuju pemakai, seperti sentral telepon, pusat komputer ataupun televisi. Untuk terciptanya suatu komunikasi maka pada stasiun bumi dibutuhkan perangkat pendukung, seperti yang terlihat pada gambar


Gambar 3.Blok Diagram Stasiun Bumi

2.2 Broadcast FM
Pada siaran radio dalam pengopersiannnya menggunakan teknik modulasi, dimana sinyal yang menumpang adalah sinyal suara, sedangkan yang ditumpangi adalah sinyal radio yang disebut sinyal pembawa (carrier). Teknik modulasi yang sering dipakai adalah FM dan AM. Alokasi frekuensi sinyal carrier untuk siaran FM ditetapkan pada frekuensi 88 – 108 MHz kecuali untuk negara jepang dan rusia. Jepang menggunakan range frekuensi FM, 76 – 90 MHz

2.3 Satelit Link Budget
Link budget merupakan parameter penting dalam perancangan link komunikasi satelit
Untuk menghitung suatu link budget maka komponen yang harus diperhatikan adalah payload satelit, stasiun bumi dan jalur propagasi.
1. Komponen payload satelit
Komponen payload satelit adalah komponen yang terdapat dalam satelit yang berfungsi untuk proses komunikasi. Secara garis besar parameter payload terdiri atas 2 bagian, yaitu
• Parameter sisi transmit satelit
• Parameter sisi receive satelit
2. Komponen stasiun bumi
Komponen stasiun bumi terdiri dari beberapa parameter yaitu:
• Carrier data yang mencangkup tipe modulasi dan data rate
• Frekuensi uplink dan downlink
• Letak koordinat stasiun bumi (longitude dan latitute) yang mempengaruhi azimut dan elevasi dari posisi antena pada stasiun bumi.
• Gain antena stasiun bumi pada sisi transmit (Tx) dan receive (Rx), yang dipengaruhi oleh diameter dan efisiensi antena.
3. Komponen jalur propagasi
• Free space loss (redaman ruang bebas)
• Rain attenuation (redaman hujan)
• Atmosfer attenuation (redaman atmosfer)
• Pointing loss


2.3.1 Link Intermediate Data Rate (IDR)
Link IDR ini merupakan perhitungan parameter-parameter data carrier yaitu carrier (info rate) dan jenis modulasi yang dipakai (QPSK, 8PSK, 16QAM) akan menentukan besarnya C/N yang dibutuhkan untuk dapat mengirim sinyal dengan baik.

…………….. (2.1)
Dimana,

Data rate{R} = Info rate + Overhead (bps)………(2.2)
Transmission rate {Tr}= (bps)……. (2.3)
Symbol rate (Sps) = . (2.4)
Bandwidth(Hz)= (2.5)
= 0.2 (BW occupied)
0.4 (BW allocated)
Indeks modulasi {n} = 1 (BPSK)
2 (QPSK)
3 (8PSK)
4 (16QAM)
Forward Error Correction {FEC} =

2.1.1 Penguatan Antena Stasiun Bumi (Gant)
Gant (dB)= 20,4 + 20 log f + 20 log D + 10 log ... (2.6)
Dimana :
f = frekuensi (GHz)
D = diameter antena (m)
= effiesiensi antena (%)

2.1.2 Elevasi Stasiun Bumi

Elevasi (deg) =
a tan ………...…. (2.7)
Dimana:
= latitude stasiun bumi (degree)
= longitude stasiun bumi (degree)
= longitude satelit (degree)
= -
RE = radius bumi (km)
h = tinggi GSO (km)

2.1.3 Effective Isotropic Radiated Power (EIRP)
EIRP merupakan daya maksimum gelombang sinyal mikro yang dihasilkan oleh antenna transmitter.

EIRPsb (dBW)= Pt + Gtx – Feed loss ……………... (2.8)

Dimana :
Pt = Daya pancar HPA (dBW)
Gtx = Penguatan antenna pemancar (dB)

2.1.4 Figure of Merit (G/T)
G/T merupakan perbandingan antara penguatan penerimaan antenna dengan noise temperature sistem penerimaan yang menunjukan kualitas suatu sistem penerimaan sinyal.

Gambar 4 Konfigurasi Antena Receiver

G/T dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
G/T (dB/Ko) = GR – 10 * log Ts ......................... (2.9)

Dimana :
GR = Gant rx – feed loss
Ts = Tin + TLNA , Ts : Temperatur sistem
Tin =

2.1.5 Redaman Propagasi
Redaman propogasi terjadi akibat penggunaan media transmisi berupa udara (atmosfer) dan melalui ruang hampa (diluar angkasa). Redaman propagasi terdiri dari:
1. Redaman ruang bebas (Free Space Loss)
Redaman ruang bebas muncul akibat perambatan sinyal dari pemancar ke penerima melalui ruang hampa pada komunikasi satelit. Besarnya nilai FSL berkisar ~ 196 – 200 dB dan dapat dihitung dengan persamaan berikut:

FSL (dB) = 32,45 + 20 log f + 20 log d .................(2.10)

Dimana :
F = frekuensi (MHz)
d = jarak antara stasiun bumi ke satelit (km)

2. Redaman Hujan (Rain Attenuation)
Redaman hujan ini dipengaruhi oleh frekuansi yang digunakan, curah hujan dan jarak lintasan propagasi yang melalui hujan.
Koefisien Rain Rate
Frekuensi Ah Av Bh Bv
2 0.000154 0.000138 0.963 0.923
4 0.00065 0.000591 1.121 1.075
6 0.00175 0.00155 1.308 1.265
7 0.00301 0.00265 1.332 1.312
8 0.00454 0.00395 1.327 1.31
9 0.0101 0.00887 1.276 1.264
12 0.0188 0.0168 1.217 1.2
15 0.0367 0.0355 1.154 1.128
20 0.0751 0.0691 1.099 1.065
Secara geometri link dari stasiun bumi ke satelit dan sebaliknya yang dipengaruhi oleh hujan seperi gambar berikut.

Alur menghitung redaman hujan adalah sebagai berikut:
• Menentukan ketinggian hujan efektif (hR), menggunakan persamaan:
hR(km)= ............ (2.11)
dimana :
= posisi lintang stasiun bumi (deg)
• Menghitung panjang slant path yang terpengaruh hujan (Ls), menggunakan persamaan:
Ls (km) = untuk ... (2.12)

Ls (km) = untuk ... (2.13)

Dimana :
hs = tinggi rata-rata permukaan laut dengan stasiun bumi (km)
= sudut elevasi (degree)
hR = tinggi efektif hujan (Km)

• Menghitung proyeksi horizontal panjang slant pacth yang dipengaruhi hujan (LG), menggunakan persamaan:
LG (km) = Ls cos θ .................................. (2.14)

• Menentukan intensitas laju curah hujan (rain rate intensity) untuk persentase 0,01 % (r0,01) sesuai lokasi stasiun bumi. Intensitas curah hujan mengacu pada pembagian daerah yang telah ditentukan ITU misalnya: Asia, Oceania dan Australia sesuai tabel berikut:

Untuk wilayah indonesia masuk dalam daerah P dengan R0,01 sebesar 145 mm/h.Menghitung faktor reduksi (r0,01) redaman hujan dengan persamaan:
R0,01 = ................................... (2.15¬)

• Menghitung koefisien regresi redaman hujan spesifik dan berdasarkan tabel koefisien regresi, menggunakan rumus:
α = .. (2.16)

= ..(2.17)

Untuk wilayah Indonesia menggunakan C-Band linier polarization
untuk circular polarization = 450
untuk vertical linier polarization = 900
untuk horizontal linier polarization = 00

• Menghitung koefisien redaman hujan (dB/km), dengan persamaan:
.................................. (2.18)

• Menghitung redaman hujan (A0,01) untuk 0,01 %, dengan persamaan:
A0,01 (dB) = ............... (2.19)
3. Redaman Atmosfer (Atmosfer Attenuation)
Besarnya Attmosfer Attenuation berkisar ~ 0,02 dB
4. Pointing Loss
Pointing error pada stasiun bumi merupakan sudut antara sumbu sorotan utama (main beam) antenna dengan arah satelit yang sebenarnya.
Berikut adalah persamaan untuk menghitung pointing loss:
Loss (dB) = ........................ (2.20)
.......................................... (2.21)
Dimana :
= pergerakan satelit dalam box keeping = 0,05 0
= panjang gelombang, = kecepatan cahaya (C) x frekuensi
C = 3 x 108 m/s2
5. Loss Propagasi
Loss propagasi tergantung jarak satelit ke stasiun bumi dan frekuensi kerja yang dipergunakan dalam link satelit. disamping itu juga dipegaruhi atmosfer dan redaman hujan.
Loss propagasi (dB) = Free space loss + Rain Att + Atmosfer Att + Pointing loss.............................(2.22)

2.1.6 Saturated Flux Density (SFD)
SFD merupakan rapat daya maksimum yang diterima oleh antenna satelit dari stasiun bumi yang menghasilkan nilai EIRPsaturasi dari sistem satelit. SFD dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
SFD(dBW/m2)= .............2.23)
Dimana:
d = jarak antara stasiun bumi ke satelit (km)

2.1.7 Power Flux Density (PFD)
Rapat daya densitas menunjukan besar daya yang dipancarkan suatu terminal dari bumi yang dapat diterima satelit. Untuk menghitung PFD dapat menggunakan rumus berikut:
PFD(dBW/m2) = EIRPsb + Spreding loss +Rain Att + Atmosfer Att...(2.24)
Dimana :
Spreding loss = 10 * log (4 d 2) = 162.12

2.1.8 Programmable Attenuation Device (PAD)
PAD merupakan redaman transponder yang ditambahkan pada rapat daya densitas (PFD) yang diterima satelit, sistem satelit secara otomatis meredam rapat daya yang diterima. Fungsi PAD untuk mengoptimalkan sinyal yang diterima satelit dan mengatur sensitifitas satelit terhadap rapat daya yang diterima sehingga tidak terjadi interferensi. Nilai PAD untuk satelit Telkom-1 adalah 10 dB.

2.1.9 Input Back-Off dan Output Back-Off
IBO dan OBO menunjukan penempatan titik kerja dibawah titik saturasi, yang masih berada pada kelilinieran daerah kerja dari penguat transponder satelit.
IBOcxr / OBOcxr merupakan IBO/OBO dari setiap carrier pada saat amplifier dibebani/dalam kondisi multi carrier. IBOcxr dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut ini :
IBOcxr (dB) = SFD + PAD – PFD ……. (2.25)
OBOcxr (dB)= IBOcxr – (IBOagg – OBOagg). (2.26)
Dimana :
PAD = Programmable attenuation device (dB)
PFD = Power flux density (dBW/m2)
IBOagg = IBO aggremen (dB)
OBOagg = OBO aggremen (dB)

2.1.10 Carrier to Interference (C/I)
…………….. (2.27)

2.1.11 Carrier to Noise (C/N)
Carrier to noise merupakan perbandingan antara daya sinyal pembawa dengan derau yang diterima. Dalam sistem komunikasi satelit terdapat C/N uplink dan C/N down link sesuai persamaan berikut:
C/Nup (dB) = EIRPstasiun bumi – loss propagasiuplink + G/Tsatelit – K – B.. (2.28)
C/Ndn (dB) = EIRPsatelit – loss propagasidnlink + G/Tstasiun bumi – K – B.. (2.29)
Dimana :
K = konstanta boltzman (1,38 x 10-23 J/K = -228,6 dBW Hz/K)
B = bandwith occupation (Hz)
Setelah mengetahui nilai C/N uplink dan down link maka untuk mengetahui kualitas sinyal secara keseluruhan harus dihitung nilai C/N totalnya. Persamaan untuk mencari nilai C/N total adalah penjumlahan secara paralel dimana C/N dalam dB harus diubah ke bentuk decimal terlebih dahulu.
……..(2.30)
Agar komunikasi dapat berlangsung maka ditransmisikan harus berada di atas ambang. Perbedaan dalam dB antara ambang (minimum) dengan yang diharapkan disebut link margin. Besarnya link margin dapat diketahui dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
Linkmargin(dB)=

……………………….. (2.31)

3. INTERFERENSI RADIO FM DAN SISTEM INTERMEDIATE DATA RATE (IDR)

3.1 Interferensi Radio FM
Pada komunikasi satelit banyak ditemui gangguan-gangguan (interferensi) yang disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah interferensi radio FM. Interferensi radio FM adalah interferensi yang dimunculkan oleh stasiun bumi yang terinduksi oleh frekuensi FM (88 – 108 MHz) dan dipancarkan ke satelit. induksi ini terjadi melalui kabel IF yang berada antara modem dan up converter. Sumber gangguan interefensi FM adalah stasiun pemancar radio FM yang lokasinya dekat dengan stasiun bumi. Berdasarkan data tahun 2007 (Jan – Sep) gangguan radio FM merupakan penyumbang 9 % dari seluruh gangguan satelit telkom 1 dan telkom 2.

Penyebab interferensi radio FM adalah
• Untuk menerima frekuensi radio FM dibutuhkan sebuah antena. Jika konektor penghubung antara modem dan up converter tidak terpasang dengan baik maka dapat menjadi antena untuk masuknya frekuensi radio FM.
• Pemasangan grounding yang tidak baik (shielding)
• Pemasangan kabel IF kurang baik dan tidak dipastikan ulang.
• Jika stasiun bumi Stasiun bumi berdekatan dengan pemancar radio FM
• Kondisi kabel IF yang kurang baik dan tidak diketahui adanya kabel yang tidak terpasang sempurna
• Range frekuensi IF adalah 50 – 90 MHz dan mempunyai filter besar dari 40 Mhz, maka frekuensi radio FM yang masuk tidak bisa disaring sehingga terbawa ke satelit.


Gambar5. Carrier IDR dan Interferensi FM

Dampak gangguan radio FM
a. Terhadap stasiun bumi
• Beban (loading) HPA akan bertambah
• Beban up converter akan bertambah
• Carrier yang dikirim oleh stasiun bumi sumber interferensi mengalami degrasi
b. Terhadap satelit
• Beban (loading) transponder bertambah
• Mengganggu carrier yang beroperasi di transponder
• Dapat mengakibatkan transponder over saturasi
• Noise floor transponder naik
• Intermodulasi carrier di transponder

Langkah-langkah untuk mencari sumber gangguan radio FM
• Mendecode sinyal gangguan dengan spektrum analyzer yang memiliki fasilitas decoder FM/AM sehingga dapat diketahui nama pemancar, lokasi dan frekuensi radio FM.
• Menghubungi seluruh pelanggan yang mengoperasi disekitar lokasi pemancar radio FM
• Melakukan sweeping carrier dengan alat sweeper (horn 6 GHz) dengan jarak (± 5 Km) dari stasiun bumi yang terinterferensi radio FM
Tindakan perbaikan yang dilakukan terhadap intereferensi radio FM
• Memeriksa dan memastikan konektor IF terpasang sesuai standar
• Menganti kabel IF dengan kualitas standar
• Memasang komponen filter IF dengan lebar 40 MHz
• Memperbaiki grounding

3.2 Intermediate Data Rate (IDR)
Sistem IDR adalah sistem komunikasi digital melalui media satelit dengan teknologi transmisi digital sebagai pembawa data dan suara. Sistem IDR menggunakan modulasi QPSK memakai laju informasi mulai dari 64 hingga 2048 Kbit/s yang dibagi menjadi 64,128,192,384,512,1024,1544 dan 2048 kbit/s.


Secara garis besar perangkat sistem IDR merupakan standar umum stasiun bumi yang terdiri dari modem, up/down converter,LNA,HPA dan antena
3.2.1 Modem
Modem adalah suatu perangkat yang berfungsi untuk mengubah sinyal isyarat analog ke isyarat digital dan digital ke analog. Modem menggunakan bentuk modulasi digital, dan modulasi digital yang paling banyak dipakai adalah modulasi pergeseran frekuensi FSK (Frequency Shf Keying) dan QAM (Quadrature Amplitude Modulation). Berikut adalah gambar modem yang dipakai pada sistem komunikasi satelit

Penamaan teknik IDR sebenarnya terdapat pada bagian modem ini yang terdiri dari bebrapa unit yaitu overhead, scrambler/desclamber, FEC, encoder/decoder dan modulator/demodulator QPSK seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 6 Kanal Unit IDR

• Overhead
Overhead adalah penambahan bit informasi untuk keperluan enginer service circuit (ESC), yang merupakan perlengkapan komunikasi utama untuk manajemen carrier, operasi carrier dan berguna sebagai jalur koordinasi antar stasiun bumi. Penambahan overhead ini untuk informasi rate diatas 1544 Mbps yaitu sebesar 96 kbps
• Scrambler/Descrambler
Scrambler atau pengacak berfungsi untuk menstabilkan daya sinyal pembawa pada transponder satelit dan stasiun bumi agar tetap memancarkan sinyal walaupun tidak ada sinyal informasi. Descrambler atau anti pengacar berfungsi untuk membentuk kembali kode-kode yang telah diacak.
• Forward Error Corecction (FEC)
Sistem yang dapat mendeteksi dan mengkoreksi error adalah forward error correction (FEC).
• Modulator/Demodulator
Modulator berfungsi mengatur sinyal input sistem komunikasi (base band) menjadi IF. Sedangkan demodulator berfungsi mengubah sinyal IF menjadi sinyal base band.
3.2.2 Antena
Umumnya antena yang dipakai untuk komunikasi satelit adalah antena parabola jenis cassegrain.
3.2.3 High Power Amplifier (HPA)
HPA merupakan penguat akhir dari sinyal RF sebelum dipancarkan ke satelit.
3.2.4 Low Noise Amplifier (LNA)
Untuk menerima sinyal yang lemah dari satelit, antena stasiun bumi harus dihubungkan ke sebuah penerima dengan sensitivitas tinggi, misalnya penerima dengan thermal noise rendah.
3.2.5 Up/Down Converter
Up converter berfungsi mengubah sinyal IF 70 MHz menjadi RF 6 GHz. Down converter berfungsi untuk mengubah sinyal RF 4 GHz menjadi sinyal IF 70 MHz
4. ANALISA INTERFERENSI RADIO FM TERHADAP IDR

4.1 Interferensi Radio FM
4.1.1 Analisa Interferensi Radio FM
Seperti yang telah dijelaskan pada bab III bahwa interferensi FM disebabkan oleh frekuensi radio FM dengan range 88 – 108 MHz yang masuk melalui kabel IF yang berada antara modem dan up converter.
Interferensi FM menganggu link satelit yang berakibat terhadap nilai C/N total. Untuk menghitung dampak yang diakibatkan oleh interferensi ini terhadap link satelit maka dihitung carrier to interference (C/I) dengan rumus dibawah ini:

C/I (dB) = level carrier IDR (dBm) – level interferensi FM (dBm)

Dari pengukuran didapat level carrier IDR yaitu -16,14 dBm dan gambar 4.2 didapat level interferensi FM sebesar -35,40 dBm, sehingga C/I yang disebabkan oleh broadcast FM dapat dihitung, yaitu:
C/I FM (dB) = level carrier IDR (dBm) – level interferensi FM (dBm)
= -16,14 – (-35,40)
= 19,26 dB
Dari perhitungan diatas didapat nilai C/I FM berdampak terhadap C/N total dan link margin pada perhitungan link satelit.

4.1.2 Menentukan frekuensi Radio FM
Berdasarkan frekuensi data yang telah didapat maka bisa dijabarkan dengan gambar dibawah ini

Perhitungan memakai rumus
Frekuensi center transponder yang terinterfrensi radio FM (a) = 4120 MHz
Frekuensi interferensi radio FM pada transponder (b) = 4103,2 MHz

Frek interefensi radio FM (MHz)
= (90 + (70 – (a – b + 50)))
= (90 + (70 – (4120 – 4103,2 + 50)))
= (90 + (70 – 66,8)
= 93,2 MHz

Perhitungan manual
Transponder yang terinterferensi adalah transponder 11 H dengan range frekuensi 4100 – 4140 MHz. Frekuensi interferensi radio FM adalah 4103,2 MHz. Jarak interferensi radio FM pada transponder adalah 4103,2 – 4100 = 3,2. Untuk mendapatkan frekuensi FM maka 3,2 ditambahkan dengan frekuensi IF terdekat yaitu 90 Mhz, sehingga frekuensi radio FM adalah 90 + 3,2 = 93,2 MHz (frekuensi radio FM)

4.2 Analisa Terhadap Link Budget
4.2.1 Link Budget IDR
Perhitungan link budget IDR ini bertujuan untuk mengetahui performansi link modulasi digital. Parameter-parameter yang mempengaruhi performansi link modulasi digital yatu data carrier, jenis modulasi yang dipakai dan forward error correction (FEC).

Data Carrier
 Data rate (R) = Info Rate + Overhead
= 2048 Kbps + 96 Kbps
= 2144 Kbps
 Transmission rate (Tr) =

=

= 2858,667 Kbps
 Simbol rate =

=
= 952,889 Ksps

 Bandwidth occupation =
=
= 1143.467 KHz


 Bandwidth allocated =
=
= 1334,044 KHz
 C/N required =
= 6,7 dB + 10 Log
= 6,7 + 3,97
= 10,67 dB

4.2.2 Link Budget Stasiun Bumi
Untuk melakukan perhitungan Link Budget dibutuhkan parameter input stasiun bumi pemancar (TX) dan stasiun bumi penerima (RX
• Gain antena TX = 20,4 + 10 log (%) + 20 log d(m) +20 log f(GHz)
= 20,4 + 10 log 0,6 + 20 log 3,8 + 20 log 6,135
= 20,4 + (-2.218) + 11,595 + 15,756
= 45,533 dB
• Gain antena RX = 20,4 + 10 log (%) + 20 log d(m) +20 log f(GHz)
= 20,4 + 10 log 0,6 + 20 log 3,8 + 20 log 3,960
= 20,4 + (-2.218) + 11,595 + 11,953
= 41,731 dB
• Elevasi

= - 108 – (-106,93) = - 1,07 deg

EL = arc tan
= arc tan
= arc tan
= arc tan
= arc tan 1,728
= 59,955

• EIRPstasiun bumi = Pt + GTX – Feed loss
= 12.3 dBw + 45.533 dB – 1
= 56.833 dBW

• Figure of Merit (G/T)
GR = Gant rx – Feed loss
= 41,73 – 1
= 40,73

Ts = Tin + TLNA
=
= 70
G/T = GR – 10 Log Ts
= 40,73 – 10 Log 70
= 40,73 – 18,45
= 22,23 dB/0K

4.2.3 Redaman Propagasi
1. Redaman ruang bebas (Free space loss)
• FSLup link = 32,45 (dB) + 20 log f (MHz) + 20 log d (Km)
= 32,45 (dB) + 20 log 6135 + 20 log 36000
= 32,45 + 75,756 + 91,126
= 199,332 dB
• FSLdown link = 32,45 (dB) + 20 log f (MHz) + 20 log d (Km)
= 32,45 (dB) + 20 log 3960 + 20 log 36000
= 32,45 + 71,953 + 91,126
= 195,529 dB

2. Redaman hujan
• Ketinggian hujan efektif (hR)
hR = 4 km ( 00 < latitude stasiun bumi = -6,35 ≤ 360)
• Panjang slant path yang terpengaruh hujan (Ls)


= 4,620 km

• Proyeksi horizontal projection (LG)

= 4,620 * cos 59,0550
= 2,313 km

• Intensitas laju curah hujan (rain rate intensity) r0,01


= 0,905
• Koefisien regresi redaman hujan spesifik dan
=
=
=
= 0,00167

=
=
=
= 1,297
=
=
=
= 0,000613

=
=
=
= 1.093

• Koefisien redaman hujan


= 1,04 dB/km



= 0,141 dB/km

• Redaman hujan (Rain attenuation) A0,01
Rain attup =
= 1,04 x 4,620 x 0,905
= 4,34 dB
Rain attdn =
= 0,141 x 4,620 x 0,905
= 0,589 dB
3. Redaman atmosfer
Besarnya redaman atmosfer (atmosfer attenuation)berkisar ~ 0,02 Db

4. Pointing Loss
Peredaran satelit mengelilingi bumi dijaga dalam bos keeping ( ) sebesar 0,05 0
• Ponting loss TX =
= 12
= 0,037 dB
• Ponting loss TX =
= 12
= 0,015 dB
5. Loss Propagasi
• Loss propagasi uplink = FSLuplink + Rain attup + Atm attup + Pointing
= 199,332 + 4,34 + 0,02 + 0,037
= 203,729 dB
• Loss propagasi dnlink = FSLdnlink + Rain attdn + Atm attdn + Pointing
= 195,929 + 0,589 + 0,02 +0,015
= 196,553 dB

4.2.4 Perhitungan Data Satelit
Perhitungan mengenai data satelit meliputi PFD (Power Flux Density), IBO/cxr dan OBO/cxr. PFD menunjukan besarnya daya yang dipancarkan suatu terminal dari stasiun bumi yang dapat diterima oleh satelit.
• PFD = EIRPSB – Spreding loss – Rain attup – Atm attup
= 56,833 – 162,12 – 4,34 – 0,02
= - 109,647 dBW/m2
• IBOcxr = SFD + PAD – PFD
= -102,5 +10 –(-109,647)
= 17,147 dB
• OBOcxr = IBOcxr – (IBOagg – OBOagg)
= 17,147 – (3 – 2,5)
= 16,647 dB

• EIRPsatelit = EIRPsaturasi - OBOcxr
= 38 – 16,647
= 21,353 dB

4.2.5 Perhitungan Carrier to Noise Power Ratio (C/N)
Carrier-to-noise power ratio merupakan perbandingan antara sinyal pembawa dengan derau yang diterima. C/N banyak digunakan untuk sistem komunikasi satelit berfungsi sebagai penunjuk kualitas hubungan satelit. Parameter-parameter yang dibutuhkan untuk menghitung C/Ntotal sebagai berikut:
- EIRPSB = 56,833 dBW- Loss propagasidn= 196,553 dB
- EIRPSatelit= 21,353 dBW- Loss propagasiup= 203,729 dB
- G/TSB = 22,280 dB/oK - G/Tsatelit= 0,00 dB/oK
- OBO/cxr= 16,647 dB- Bandwidth occupied=1143,46 kHz

Perhitungan :
• C/Nuplink = EIRPsb - Loss propagasiup + G/Tsatelit – K - Bocc
= 56,833 – 203,729 + 0 – (-228,6) – 60,582
= 21,122 dB
• C/Ndnlink = EIRPsat - Loss propagasidn + G/Tsb – K - Bocc
= 21,353 – 196,553 + 22,28 – (-228,6) -60,582
= 15,098 dB
Setelah diketahui besar C/Nuplink dan C/Ndnlink , maka kita dapat menghitung C/Ntotal dengan mengetahui parameter C/I (Carrier to Interference) sebagai berikut:
- C/I Intermod earth station = 28 dB - C/I uplink ASI = 24 dB
- C/I Intermod satelit = 24 dB - C/I dnlink ASI = 24 dB
- C/I cross polarization = 30 dB


=
=
= 0,0277
• =
= 0,0075
• =
= 0,03

=
= 15,337
= 10 log (15,337) = 11,857 dB
• Link margin =
= 11,857 - 10,67
= 1,187 dB

4.2.6 Dampak Carrier to Interference (C/I) FM Terhadap C/N total
Berdasarkan data dan perhitungan pada sub bab 4.1.1 didapatkan nilai C/I FM adalah 19.26 dB, maka nilai C/N total (yang diakibatkan oleh interferensi FM) adalah:

=
= +0,0118
= 0,0465

=
= 11,9
=10 log (11,9) = 10,757 dB

• Link margin =
= 10,757 -10,67
= 0,87 dB
Dari hasil perhitungan didapat nilai C/N total dengan adanya interferensi FM sebesar 1,1 dB dan nilai link margin pun turun. Sehingga dengan adanya interferensi FM ini mengakibatkan nilai Eb/No turun dan kualitas komunikasi terganggu (BER).

V PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari Tugas Akhir ini adalah :
a. Level carnier IDR yang terganggu oleh interferensi radio FM adalah sebesar -16,14 dB dengan C/N total sebesar 11,857 dB
b. Level interferensi FM sebesar -35,40 dB dari nilai ini didapat C/N total sebesar 10,757 dB
c. Nilai C/N total dan nilai C/N setelah terjadi interferensi radio FM perbedaannya sebesar 1.1 dB, dengan turunnya nilai C/N total maka kualitas link akan terganggu, untuk penanggulangan sementara adalah dengan menaikan daya dari HPA atau memindahkan carrier yang terinterferensi ke transponder lain

5.2 Saran
a. Adanya pengecekan rutin dengan pengukuran terhadap kualitas kabel IF sehingga interferensi FM dapat dicegah.
Tindakan pencegahan sementara interferensi radio FM terhadap carrier IDR adalah dengan menaikan daya atau memindahkan carrier tersebut ke frekuensi yang tidak terinterferensi radio FM

DAFTAR PUSTAKA

[1]. Freeman, Roger L, Telecommunication Transmission handbooks, John Wiley & Sons. Inc, 1991
[2]. Radio International Consultative Commute, Satellite Communications, International Telecommunication Union, Geneva, 1988
[3]. Ha, Tri T, Digital Satellite Communications, Second Edition, Mc Graw-Hill, Singapore, 1990
[5]. NN,Materi Pelatihan Sistem Komunikasi Satelit, Telkom Training Center, Cibinong
[6]. NN, Buku Pedoman Operasi dan Pemeliharaan, Elektrindo Nusantara, PT Telkom
Read More..

Perbedaan Prime Fokus Dan Offset Fokus

PERBEDAAN PRIME FOKUS DAN OFFSET FOKUS
1.    Apa itu prime fokus dan offset fokus?
Prime fokus dan offset fokus dalam dunia Tv satelit istilah ini banyak digunakan. Kedua istilah ini sering dijumpai pada LNB dan Dish. Ada dish Prime fokus dan adapula LNB offset fokus. Prime fokus adalah posisi titik fokus yang terdapat pada titik pusat / dot center parabola, sedangkan offset fokus adalah titik fokus yang terletak pada bagian lain dari center parabola.
2.    Apa perbedaan dish prime fokus dan offset fokus?
Dish prime fokus biasa kita temui di sekitar kita. Antena parabola pada umunya mesh ataupun solid adalah jenis prime fokus.
 Dish Jenis Prime Fokus
Dish offset fokus adalah dish yang tempat penempatan LNB nya berada di samping. Kita bisa temui pada antena parabola diatas tempat ATM (parabola Visat), atau dish parabola Tv berlangganan.
 Contoh dish jenis offset
Dish Prime fokus dan offset fokus secara persamaan parabola sebenarnya sama saja. Pada offset fokus hanyalah memotong beberapa bagian dari full parabolic tanpa merubah posisi titik fokusnya, sehingga titik fokus seolah terlihat seperti di pinggir. Grafik parabola yang melalui titik A, B dan C yang disajikan pada gambar berikut adalah ilustrasinya. apabila bagian B - C dipotong, maka yang tersinya hanyalah bagia A - B saja. Jadi kelengkungan tersebut masih sesuai kelengkungan parabola, dan terlihat seperti titik fokusnya disamping.
dish offset fokus tipe 1
Namun adapula jenis offset fokus yang kedua, yaitu offset fokus tanpa mengurangi bagian dari parabolic itu sendiri. Hal ini sering digunakan untuk sistem multy LNB. Seperti pemasangan 2 LNB pada umumnya, satelit palapa diterima oleh LNB yang terletak pada prime fokus, sedangkan  telkom diterima oleh LNB yang offset.
Offset fokus tipe 2
 
3.    Apa perbedaan LNB prime fokus dan offset fokus?
Secara rangkaian elektronik jenis LNB prime fokus dan offset fokus adalah sama. Namun sering kita jumpai pada LNB KU band sering terdapat peruntukan dish nya apakan jenis prime fokus ataupun offset fokus. Perbedaannya hanya terletak pada Scalar ring LN itu sendiri. LNB prime fokus memiliki Scalar ring yang datar, namun pada offset fokus menggunakan scalar ring yang mengerucut atau yang sering disebut Conical scalar ring.
Scalar ring jenis prime fokus
 Scalar ring jenis offset fokus, (Conical Scalar ring)
4.    Apakah LNB Prime fokus dapat digunakan pada dish offset fokus?, dan apakah LNB offset fokus dapat digunakan pada dish prime fokus?
Bisa. Langkah yang harus dilakukan adalah menyesuaikan scalar ring nya sesuai dengan dish yang digunakan. Apabila ingin memodifikasi LNB offset fokus pada dish prime fokus, maka buatlah scalar ring yang datar. Apabila ingin memodifikasi LNB prime fokus pada dish offset, maka buatlah scalar ring yang mengerucut/ conical scalar ring.
Berikut adalah contoh penerapan LNB KU band jenis prime fokus pada dish offset.
Persentase Sinyal satelit NSS6 pun juga tidak kalah besar dibanding ketika menggunakan LNB offset merk hansen
5.    Mengapa pada posisi offset fokus kualitas sinyal lebih rendah daripada prime fokus?
Hal ini biasanya terjadi pada dish prime fokus yang dipasangkan LNB di samping.  sehingga penempatannya terlihat offset. Coba perhatikan gambar berikut:
Parabola yang melalui titik C - A - B menerima sinyal datang yang tidak sejajar dengan sumbu utama, kemudian membentuk titik fokus di f2. Dalam kondisi seperti ini hanya bagian A- B saja yang sinar datangnya dipantulkan menuju titik fokusnya, sedangkan bagian C- A tidak terpakai. Hal inilah yang menyebabkan pemasangan LNB offside pada dish prime fokus mengalami penurunan sinyal dibanding pososi prime fokusnya.
6.    Mengapa untuk tipe offset pada Indovision, telkomvision, aora, dan Tv berlangganan lainnya tetap memiliki sinyal yang besar padahal dish yang dipakai berukuran kecil
Jawabnya adalah frekuensi sinyal yang dipancarkan oleh satelit Tv berlangganan tersebut memang sudah besar. Selain itu penggunaan jenis dish serta jenis LNB yang digunakan memang sudah cocok peruntukannya.  Dish offset dan LNB yang jenis offside juga. Kecuali pada Telkomvision yang menggunakan conical scalar ring karena menggunakan LNB C band jenis prime fokus
Read More..

Teori Penunjang Tentang V-SAT dan satelit

BAB III
TEORI PENUNJANG
3.1         Teori Penunjang Umum
Dalam teori penunjang umum akan disampaikan teori-teori umum yang berhubungan dengan sistem komunikasi satelit.
3.1.1 Satelit
Satelit adalah benda-benda yang mengorbit lain dengan periode revolusi dan rotasi tertentu. Ada dua jenis satelit yakni satelit alam dan satelit buatan. Satelit alam adalah benda-benda luar angkasa bukan buatan manusia yang mengorbit sebuah planet atau benda lain yang lebih besar daripada dirinya, seperti misalnya Bulan adalah satelit Bumi. Satelit buatan adalah benda buatan manusia yang beredar mengelilingi benda lainnya misalnya satelit Palapa yang mengelilingi Bumi.
Macam-macam satelit diantaranya :
1.      Satelit Astronomi, adalah satelit yang digunakan untuk mengamati planet, galaksi, dan objek angkasa lainnya yang jauh.
2.      Satelit Pengamat Bumi, adalah satelit yang dirancang khusus untuk mengamati Bumi dari orbit. Satelit ini ditujukan untuk penggunaan non-militer seperti pengamatan lingkungan, meteorologi, dan pembuatan peta.
3.      Satelit Navigasi, adalah satelit yang menggunakan sinyal radio yang disalurkan ke penerima di permukaan tanah untuk menentukan lokasi sebuah titik di permukaan bumi.
4.      Satelit mata-mata, adalah satelit yang juga berfungsi untuk mengmati bumi tetapi digunakan untuk tujuan militer atau mata-mata.
5.      Satelit Cuaca, adalah satelit yang digunakan untuk mengamati cuaca dan iklim di Bumi.
6.      Satelit Komunikasi.
Dari keenam macam satelit tersebut yang akan dibahas penyusun hanya satelit komunikasi saja. Satelit komunikasi adalah sebuah satelit buatan yang ditempatkan di angkasa dengan tujuan untuk telekomunikasi. Satelit berfungsi sebagai repeater atau pengulang sinyal informasi yang ditempatkan di luar angkasa. Prinsip kerjanya yaitu, antenna satelit menerima sinyal yang di pancarkan dari antenna di stasiun bumi kemudian diperkuat dan dipancarkan kembali ke bumi dengan frekuensi yang berbeda. Satelit komunikasi tersebut mempunyai fungsi sebagai berikut :
1.      Sebagai stasiun pengulang (repeater)
2.      Memperkuat frekuensi (radio frequency)
3.      Merubah sinyal RF uplink stasiun bumi menjadi downlink satsiun bumi.
3.1.2 Orbit Satelit
Teknologi satelit berawal dari keterbatasan jarak untuk transmisi teresterial (permukaan bumi). Pada dasarnya telekomunikasi melalui teresterial bisa dilakukan menjangkau seluruh permukaan bumi apabila kita menempatkan tiga buah stasiun pengulang sinyal radio (relay station) di ruang angkasa pada suatu jarak tertentu.
Stasiun relay (satelit) tersebut ditempatkan pada suatu lintasan yang disebut orbit. Pembagian jenis orbit menurut jaraknya dari permukaan bumi adalah:
1.    Low Earth Orbit (LEO)
Orbit ini dapat menjangkau keseluruh permukaan bumi secara merata, oleh sebab itu orbit ini digunakan untuk satelit-satelit keperluan riset ilmu pengetahuan, meteorologi/cuaca, militer, dan navigasi. Namun untuk keperluan komunikasi, diperlukan sejumlah satelit agar hubungan komunikasi tetap konstan, adapun karakteristiknya adalah sebagi berikut:
a.       Tinggi Orbit : 200-3000 km diatas permukaan bumi
b.      Peride Orbit : 1.5 jam
c.       Kecepatan Putar : 27.000 km/jam
d.      Waktu Tampak : < 15 menit
e.       Delay Time : 10 ms
f.       Jumlah satelit : 50
g.      Penggunaan : Satelit Citra, Cuaca, Mata-mata, System telekomunikasi bergerak (mobile) contohnya satelit Iridium dan global star.
2.    Medium Earth Orbit (MEO)
Bentuk orbit ini unik, dimana sudut inclinasinya adalah 63 derajat, dan untuk sekali putar dibutuhkan 12 jam. Untuk membentuk komunikasi yang kionstan perku disusun beberapa satelit ( minimal 3 satelit ) yang saling bergantian.
Keuntungan dari orbit ini adalah dapat melampaui kutub utara dan selatan, segingga orbit ini dipakai oleh system komunikasi satelit Soviet. Adapun karakteristiknya adalah sebagai berikut :
a.       Tinggi Orbit : Sekitar 6.000-12.000 km di atas permukaan bumi
b.      Periode Orbit : 12 jam
c.       Kecepatan putar : 19.000 km/jam
d.      Waktu tampak : 2-4 jam/hari
e.       Delay Time : 80 ms
f.       Jumlah Satelit : Satelit Citra, Cuaca, Mata-mata, System telekomunikasi bergerak (mobile) misalnya satelit Oddeysey dan ICO.
3.    Highly Elliptic Orbit (HEO)
Bidang orbit ini memotong bidang equator, dan jaraknya dari permukaan bumi sejauh 35.800 km. Satelit yang terletak di orbit ini kecepatannya sama dengan kecepatan bumi, oleh karena itu orbit ini disebut juga orbit GEOSTASIONER. Karena satelit pada orbit ini kecepatannya sama dengan kecepatan bumi, maka untuk keperluan komunikasi dapat berlangsung 24 jam.
Orbit ini banyak dipakai oleh satelit komunikasi domestic maupun internasional. Untuk system INTELSAT, satelitnya berada pada orbit ini. Untuk menjangkau keseluruhan permukaan bumi maka INTELSAT membagi tiga kawasan yaitu Pacific Ocean Region, Indian Ocean Region, dan Atlantic Ocean Region. Adapun karakteristiknya adalah sebagai berikut :
a.    Tinggi Orbit : Sekitar 35.000-36.000 km di atas permukaan bumi
b.    Periode Orbit : 24 jam
c.    Kecepatan putar : 11.000 km/jam
d.   Waktu Tampak : Selalu tampak (karena kecepatan putar satelit sama dengan kecepatan putar bumi)
e.    Delay Time : 250 ms
f.     Jumlah Satelit : 3
3.1.3 Polarisasi Satelit
Polarisasi satelit merupakan arah rambatan gelombang transmit atau gelombang receive satelit. Polarisasi gelombang transmit dan receive satelit, terbagi menjadi dua yaitu:
1.    Polarisasi Linier
a.       Polarisasi Vertical, arah rambatan gelombang receive dan transmit satelit tegak lurus terhadap permukaan bumi.
b.      Polarisasi Horizontal, arah rambatan gelombang receive dan transmit satelit sejajar terhadap permukaan bumi.
2.    Polarisasi Circular
a.       Putar kanan, arah rambatan gelombang receive dan transmit satelit berputar searah jarum jam.
b.      Putar kiri, arah rambatan gelombang receive dan transmit satelit berputar berputar berlawanan arah jarum jam.
3.1.4 Noise
Dalam dunia komunikasi, baik komunikasi yang menggunakan kabel atau yang menggunakan udara sebagai media transmisi pasti akan mengalami gangguan-gangguan dalam proses komunikasi. Gangguan-ganguan ini biasanya disebut dengan noise atau derau. Noise adalah suatu sinyal gangguan yang bersifat akustik (suara), elektris, maupun elektronis yang hadir dalam suatu sistem (rangkaian listrik/elektronika) dalam bentuk gangguan yang bukan merupakan sinyal yang diinginkan.
Berdasarkan sumbernya, noise bisa dibedakan menjadi dua kategori yaitu:
1.      Eksternal Noise
Eksternal noiseadalah noise yang dihasilkan dari luar alat atau sirkuit. Noise jenis ini tidak disebabkan oleh komponen alat dalam sistem komunikasi tersebut.  Ada 3 sumber utama noise eksternal yaitu:
a.       Atmospheric noise, yaitu ganguan elektris yang terjadi secara alami, disebabkan oleh hal-hal yang berkaitan dengan atmosfer bumi. Noise jenis ini bersumber dari kondisi elektris yang bersifat alami, seperti kilat dan halilintar.
b.      Ekstraterrestrial noise, noise ini terdiri dari sinyal elektris yang dihasilkan dari luar atmosfer bumi. Noise ini terkadang juga disebut deep-space noise. Noise ekstraterrestrial bisa disebabkan oleh Milky Way (galaksi Bima Sakti), galaksi yang lain, dan matahari. Noise ini pun bisa dibagi menjadi dua kategori, yaitu solar dan cosmic noise.
1)      Solar noise, dihasilkan langsung dari panas matahari dan juga aktifitas matahari.
2)      Cosmic noise, noise ini didistribusikan secara continue di sepanjang galaksi. Intensitas noise ini cenderung kecil karena sumber noise galaksi terletak lebih jauh dari matahari.
c.       Man-made noise, secara sederhana diartikan sebagai noise yang dihasilkan oleh manusia. Sumber utama dari noise ini adalah mekanisme produksi, seperti komutator dalam motor elektrik, sistem pembakaran kendaraan bermotor, alternator, dan aktifitas peralihan alat oleh manusia (switching equipment). Misalnya, setiap saat dirumah penghuni sering mematikan dan menyalakan lampu memalui saklar, otomatis arus listrik dapat tiba-tiba muncul atau terhenti. Tegangan dan arus listrik berubah secara mendadak, perubahan ini memuat lebar frekuensi yang cukup besar. Beberapa frekuensi itu memancar/menyebar dari saklar atau listrik rumah. Noise karena aktifitas manusia ini disebut juga impuls noise, karena bersumber dari aktifitas yang berjalan dan terhenti (on/off) yang bersifat mendadak.
2.      Internal Noise
Internal noise adalah gangguan elektris yang dihasilkan alat atau sirkuit. Ada 3 jenis utama noise yang dihasilkan secara internal, yaitu:
a.       Thermal noise, noise ini berhubungan sengan perpindahan elektron yang cepat dan acak dalam alat konduktor.
b.      Shot noise, noise jenis ini muncul karena penyampaian sinyal yang tidak beraturan pada keluaran (output) alat elektronik yang digunakan, seperti pada transistor dua kutub. Pada alat elektronik, jumlah partikel pembawa energi (elekton) yang terbatas menghasilkan fluktuasi (ketidaktetapan) pada arus elektrik konduktor. Shot noise disebut juga transistor noise dan saling melengkapi dengan thermal noise.
c.       Transit-time noise, Arus sinyal yang dibawa melintasi sistem masukan (input) dan keluaran (output) pada alat elektronik, (misalnya dari penyampaian (emitter) ke pengumpul (collector) pada transistor) menghasilkan noise yang tidak beraturan dan bervariasi. Inilah yang disebut dengan transit-time noise. Noiseini terjadi pada frekuensi tinggi ketika sinyal bergerak melintasi semikonduktor dan membutuhkan waktu yang cukup banyak.
3.1.5 Sistem Komunikasi Satelit
Prinsip dasar komunikasi satelit adalah system komunikasi radio dengan satelit sebagai stasiun pengulang. Konfigurasi suatu system komunikasi satelit terbagi atas dua bagian, yaitu Ruas Bumi (ground segment) dan Ruas Angkasa (space segment).
Ruas bumi terdiri dari beberapa stasiun bumi yang berfungsi sebagai stasiun bumi pengirim dan penerima, sedangkan ruas angkasa berupa satelit yang menerima sinyal dari stasiun bumi pengirim, kemudian memperkuatnya dengan mengirimkan sinyal tersebut ke stasiun bumi penerima.
3.1.6 Stasiun Bumi (Hub)
TRANSCEIVER
Gambar Blok Diagram Stasiun Bumi
Sebuah hub terdiri dari outdoor unit dan indoor unit.Outdoor unit sebuah HUB sama dengan VSAT, yaitu berupa antena, bedanya, antena HUB ukurannya lebih besar dari antena VSAT. Fungsi dari outdoor unit ini adalah sebagai penerima dan pengirim sinyal dari atau ke satelit. Ukuran diameternya berkisar antara 2-5 m untuk HUB kecil, 5-8 m untuk HUB menengah, dan 8-10 m untuk HUB ukuran besar.
Indoor unit dari sebuah HUB memiliki fungsi yang relatif berbeda dengan indoor unit VSAT. Dalam indoot unit HUB bukan hanya terdiri dari elemen yang fungsinya untuk mengolah dan meneruskan sinyal, tapi terdapat elemen yang berfungsi sebagai Network Management System (NMS) yang berupa sebuah unit komputer yang terhubung secara virtual dengan semua terminal VSAT yang dilayani oleh HUB tersebut. NMS ini berfungsi sebagai interface untuk melakukan fungsi-fungsi oprasional dan administratif dalam sebuah system jaringan VSAT. NMS workstation terletak pada user data center.
Fungsi operasional yang dapat dilakukan dari NMS antara lain adalah:
1.    Melakukan konfigurasi jaringan VSAT, dengan menambah atau menghapus terminal VSAT, frekuensi carrier, dan networking interface.
2.    Melakukan fungsi controling serta monitoring terhadap status dan performance setiap terminal VSAT, perangkat HUB-nya sendiri, dan juga semua data port yang terhubung dengan jaringan VSAT tersebut.
Fungsi administratif yang dilakukan NMS antara lain adalah:
1.    Melakukan fungsi pencatatan penggunaan jaringan, billing, dan security jaringan VSAT.
2.    Melakukan fungsi inventory jaringan, seperti mencatat semua equipment yang terhubung dengan jaringan serta konfigurasinya.
Dibawah ini adalah perangkat dari OutDoor Unit (ODU). Perangkat ODU adalah perangkat yang terletak diluar (Out Door), perangkat tersebut terdiri dari 8 perangkat yaitu:
1.    Antena
Antena berfungsi untuk memancarkan gelombang radio RF dari stasiun bumi ke satelit yang mana besar frekuensinya dari 5.925 GHz – 6.425 GHz dan menerima gelombang radio RF satelit ke stasiun bumi yang mana besar frekuensinya dari 3,7 GHz – 4,2 GHz. Antena yang dipakai dalam sistem komunikasi satelit yaitu sebuah solid dish antenna yang memiliki bentuk parabola.
2.    Mounting Antenna
Selain antena reflector ada juga bagian antena yang berfungsi sebagai penyangga/penompang antenna reflector yaitu mounting atau ada juga yangmenyebut pedestial. Ada beberapa jenis mountingyang bisa digunakan dalam instalasi antena, diantaranya:
a.       Mounting standar biasanya digunakan di tempat yang memiliki permukaan yang rata dan luas, seperti pada dek beton.
b.      Special Mounting biasanya digunakan di tempat yang permukaannya tidak rata dan tempat yang sempit, misalnya di tanah, wuwungan, dan pada tembok.
3.    FeedHorn
Sedangkan feedhorn berfungsi untuk menerima sinyal yang dipantulkan dari reflector ketika receive dan menyebarkan sinyal ketika transmit. Salah satu bagian dari reflector adalah OMT ( Orthomode Transducer ) berfungsi sebagia pemisah antara pemancar dan penerima.
4.    LNA dan LNB
Jarak satelit pada orbit geostasioner dengan bumi ± 36.000 km. Disebabkan oleh jauhnya jarak satelit ini maka sinyal yang diterima stasiun bumi lebih kecil dibandingkan dengan noisenya. Untuk itu diperlukan suatu perangkat yang dapat menguatkan sinyal sekaligus menekan noise. Perangkat tersebut adalah LNA ( Low Noise Amplifier). Selain LNA juga ada LNB ( low Noise Block ).
LNA dan LNB termasuk kedalam perangkat penerima ( Receiver )dengan frekuensi kerja 3.700 MHz – 4.200 MHz (C-Band). Input adalah sinyal yang berasal dari antena melalui feedhorn sedangkan outputnya dihubungkan kepada receiver RF pada SSPA. LNA dan LNB adalah perangkat aktif, perbedaannya LNA hanya dapat melakukan penguatan saja sedangkan LNB selain melakukan penguatan juga melakukan double convertion dari C-Band ke frekuensi IF.
5.    RFT ( Radio Frequency Transmitter)
Memiliki beberapa fungsi, yaitu:
a.    Sebagai SSPA, penguat sinyal (Gain) TX fan RX. RFT menguatkan sinyal TX (uplink) yang berasal dari modem menguatkan sinyal RX (downlink) yang berasal dari LNB.
b.    Sebagai up converter, RFT mengubah frekuensi IF ( 52 MHz - 88 MHz ) berasal dari modem yang menjadi frekuensi C-Band uplink ( 5,925 MHz – 6,425 MHz ), selanjutnya dipancarkan kepada SSPA.
c.    Sebagai down converter, RFT mengubah frekuensi C-Band downlink (3.700 MHz – 4.200 MHz ) berasal dari LNB menjadi frekuansi IF ( 52 MHz – 88 MHz ) dan selanjutnya dipancarkan kepada modem.
d.   Memberikan tegangan DC kepada LNB. Bagian RX, RF pada RFT mengeluarkan tegangan antara 13 V DC sampai dengan 18 V DC.
6.    CPR
CPR merupakan sebuah alat yang berufngsi untuk sinyal uplink RF carier ke feedhorn yang langsung disebarkan ke seluruh permukaan antena.
7.    TRF
TRF adalah kepanjangan dari Transmit Reject Filter merupakan waveguide dengan LFP (Low Pass Filter) yang berdekatan dengan LNA. Fungsinya yaitu agar sinyal receive tidak terganggu oleh sinyal transmit dan juga meredam noise sekecil mungkin dari sinyal yang diterima.
8.    Kabel IFL
Kabel IFL adalah kepanjangan dari Inter Facility Link berfungsi sebagai penghubung antara perangkat IDU dengan perangkat ODU. Ukuran standar kabel yaitu 100,200,300 feet. Dan jenis kabel yang digunakan coaxial, UTP, STP, dan lain-lain.
Dibawah ini adalah perangkat dari Indoor Unit(IDU). Modem merupakan perangkat indoor yang berfungsi sebagai modulator dan demodulator. Modulasi adalah proses penumpangan sinyal informasi kedalam sinyal IF pembawa yang dihasilkan oleh synthesizer. Frekuensi IF besarnya mulai dari 52 MHz sampai 88 MHz dengan frekuensi center 70 MHz. Sedangkan demodulasi adalah proses memisahkan sinyal informasi digital dari sinyal IF dan meneruskannya ke perangkat teresterial yang ada. Teknik modulasi yang dipakai dalam modem satelit yaitu modulasi dengan sistem PSK ( Phase Shift Keying ).
Memiliki beberapa fungsi yaitu:
1.      Modulator, mengubah sinyal baseband (sinyal data) menjadi sinyal analog (sinyal carier) dengan frekuensi 52 MHz – 88 MHz (frekuensi IF).
2.      Demodulator, mengubah sinyal analaog (sinyal carier) 52 MHz – 88 MHz menjadi sinyal baseband (sinyal data).
3.1.7   Link Komunikasi Satelit
Dalam link komusikasi satelit terdapat dua lintasan utama, yaitu uplink dan downlink. Uplink merupakan lintasan dari stasiun bumi ke satelit, sedangkan downlinkmerupakan lintasan dari satelit ke stasiun bumi. Dalam sistem komunikasi satelit, untuk uplink biasa digunakan pada topologi multipoint to point., sedangkan untuk downlink bisanya menggunakan topologi ponit to multipoint ( broadcast ). Hubungan dalam komunikasi satelit dapat dikelompokan menjadi 3 bagian, yaitu:
1.      Uplink, yaitu hubungan dari stasiun bumi ke satelit.
2.      Downlimnk, yaitu hubungan dari satelit ke stasiun bumi.
3.      Inter Satelite Link ( ISL, yaitu lintasan komunikasi antara dua satelit ).
3.1.8   Parameter Link Komunikasi Satelit
Dengan parameter ini, persyaratan teknik yang harus dipenuhi oleh sistem dapat ditentukan, yang pada akhirnya dapat diperoleh rancangan sistem dengan kualitas sinyal sesuai dengan yang diharapkan. Parameter link tersebut terdiri dari tujuh bagian, yaitu:
1.      Penguatan Antena
Penguatan Antena adalah perbandingan daya yang dipancarkan dengan diterima dalam tiap satuan luas pada arah tertentu oleh suatu antena dengan daya yang dipancarkan dan diterima dalam luas yang sama dengan menggunakan antena.
2.      Daya Pancar Isotropis Efektif ( EIRP )
EIRP ( Equivalent Isotropic Radiated Power ) merupakan parameter yang menunjukan nilai efektif daya yang dipancarkan dari antena yang memiliki penguatan sendiri.
3.    Redaman Ruang Bebas ( FSL )
Redaman ruang bebas atau FSL ( Free Space Loss ) dipengaruhi oleh jarak stasiun bumi ke satelit dan besarnya frekuensi carrier yang digunakan dalam transmisi radio.
4.    Daya Sinyal Pembawa
Daya Sinyal Pembawa ( carrier ) sering juga disebut sebagai ReceiveSignal Level atau RSL.
3.2.1   VSAT
VSAT atau Very Small Aperature Terminaladalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan terminal-terminal stasiun bumi satelit kecil yang menggunakan antena berdiameter antara 0,9 meter sampai dengan 3,8 meter yang digunakan untuk melakukan pengiriman data, gambar maupun suara via satelit. VSAT merupakan solusi yang tepat untuk memenuhi kebutuhan telekomunikasi untuk daerah-daerah yang belum terjangkau dengan transmisi teresterial.
Dengan munculnya VSAT, sistem komunikasi satelit saat ini selain melayani pengguna bisnis juga dapat melayani pengguna personal (rumah). VSAT masuk pertama kali ke Indonesia tahun 1989 seiring dengan bermunculannya bank-bank swasta yang sangat membutuhkan sistem komunikasi online seperti ATM (Automated Tellr Machine). Penggunaan infrastruktur jaringan telekomunikasi VSAT oleh perusahaan ataupun instansi pemerintah yang memiliki kantor cabang yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dirasakan lebih efektif dibandingkan tekhnologi microwave maupun jaringan kabel. Selain kurang efektif, jaringan micriwave maupun kabel juga kurang efisien karena instalasinya memakan waktu lama dan menelan biaya besar. Keduanya sangat rentan terhadap gangguan, sedangkan cakupan arenanya pun sangat terbatas karena kendala georafis. Penggunaan satelit juga dapat meminimalisir gangguan eksternal karena tidak lagi dipengaruhi oleh faktor jarak. Kalaupun terjadi gangguan, hal itu akan jadi lebih mudah diidentifikasi dan diatasi, dibandingkan dengan transmisi teresterial.
3.2.2   Keuntungan dan Kerugian VSAT
Dalam sistem VSAT terdapat beberapa keuntungan dan kerugian yang dapat kita pertimbangkan diantaranya sebagai berikut:
1.      Keuntungan VSAT
a.    Jangkauan luas, karena menggunakan satelit GEO, maka untuk menjangkau seluruh permukaan bumi cukup digunakan 3 buah satelit.
b.    Fleksibel, terminal VSAT dapat ditambah dan dikurangi dengan mudah dan cepat serta dapat dipasang dimana saja, tidak ada masalah dengan jarak.
c.    Bandwidth yang digunakan dalam komunikasi satelit cukup lebar, cocok untuk koneksi suara, video, dan data.
d.   Pembangunan infrastrukturnya relatif lebih cepat untuk daerah yang lebih luas dibanding teresterial.
e.    Komunikasi dapat dilakukan baik point to point maupun point to multipoint secara broadcasting, multicasting.
f.     Karena bit akses tinggi dan bandwidth yang lebar, VSAT dapat dipasang dimana saja selama dalam jangkauan satelit.
g.    Sangat cocok untuk daerah terpencil yang penduduknya jarang dan belum mempunyai akses atau infrastruktur telekomunikasi.
h.    Mudah dalam maitenance, dan jika terjadi masalah dapat segera diatasi.
2.      Kerugian VSAT
a.       Untuk melewatkan sinyal, besarnya throughput akan terbatasi karena delay propagasi satelit geostasioner. Kini berbagi teknik protocol link sudah dikembangkan sehingga dapat mengatasi problrm tersebut. Diantaranya penggunaan foward error correction yang menjamin kecilnya kemungkinan pengiriman ulang.
b.      Waktu yang dibutuhkan dari satu titik di atas bumi ke titik lainnya melalui satelit adalah sekitar 250 milisecond, sementara leased line hanya butuh waktu sekitar 40 milisecond. Hal ini desebabkan oleh jarak yang harus ditempuh oleh data yaitu dari bumi ke satelit lalu dari satelit kembali lagi ke bumi. Satelit geostasioner sendiri berketinggian sekitar 36.000 km dari permukaan bumi.
c.       Curah hujan yang tinggi, semakin tinggi frekuensi sinyal yang dipakai maka akan semakin tinggi redaman karena curah hujan. Saat ini band frekuensi yang banyak dipakai untuk aplikasi broadcasting adalah S-band, C-band, dan Ku-band. Untuk daerah Indonesia dengan curah hujan yang tinggi, Ku-band akan sangat mengurangi avabilability link satelit yang diharapkan. Sedangkan untuk daerah yang subtropics dengan curah hujan yang rendah penggunaan Ku-band cakan sangat baik.
d.      Sun outage, adalah kondisi yang terjadi pada saat bymi, satelit, dan matahari berada pada satu garis lurus. Satelit yang mengorbit bumi secara geostasioner pada garis orbit geosyncronous berada di garis equator atau garis khatulistiwa (di ketinggian 36.000 km dari permukaan bumi) secara tetap dan mengalami dua kali sun outage setiap tahunnya. Energi thermal yang dipancarkan matahari pada saat sun outage mengakibatkan interverensi sesaat pada semua sinyal satelit, sehingga satelit mengalami kehilangan komunikasi dengan stasiun bumi atau Hub
.
3.2.3   Jenis – Jenis VSAT
VSAT memiliki beberapa jenis, yaitu:
1.    VMS ( Vsat Multi Service )
Merupakan sistem komunikasi data melalui satelit dengan menggunakan antena parabola berukuran kecil (diameter 1,8 meter) yang dikendalikan oleh suatu stasiun pengendali (Hub). Sesuai dengan namanya Vsat Multi Service, VMS dapat digunakan untuk komunikasi data, suara, gambar, dan video. Jaringan VSAT menghubungkan lokasi-lokasi yang ingin berkomunikasi antar remote secara point to multipoint melalui stasiun pengendali (Hub). Di tiap remote stasiun, komputer dan perangkat pelanggan ke terminal VSAT melalui perangkat DIU (Digital Indoor Unit). Suatu protocol berbasis data – paket menghubungkan stasiun pengendali dan stasiun remote, memberikan aliran transmisi data yang efisien dan bebas kesalahan. VMS menggunakan satelit Palapa C2 pada transponder 9H untuk berkomunikasi.
Gambar Satelit Palapa C2
2.    VSAT Net
Jenis komunikasi VSAT Net, dapat digunakan untuk berhubungan antara terminal VSAT (remote) yang satu ke terminal VSAT yang lainnya dengan menggunakan stasiun pusat bumi atau disebut Hub yang berfungsi sebagai pengendali jalannya komunikasi antar remote. Pada VSAT Net terdiri dari dua topologi, yaitu topologi meshuntuk komunikasi voice tanpa melalui Hub, dan topologi star untuk komunikasi data yang harus melalui Hub untuk menjaga keutuhan dan kebenaran data. Dilihat dari hal tersebut maka dalam melakukan komunikasi VSAT Net menggabungkan kedua topologi tersebut tidak secara terpisah dan langsung seperti VSAT Link melainkan harus melalui stasiun menggunakan satelit Telkom T1 pada transponder 4V untuk berkomunikasi.
Transimi dan penerima suatu remote yang mempunyai kekuatan rendah karena diameter antena yang kecil akan di transfer ke stasiun Hub yang memiliki kekuatan transmisi dan penerima yang besar untuk dikirim ke remote lain, sehingga dapat berkomunikasi.
3.    VSAT Link
Merupakan sistem komunikasi data melalui satelit yang menggunakan tekhnologi SCPC (Single Carrier Per Channel). Layanan VSAT Link dapat digunakan untuk komunikasi data, gambar dan video. Di tiap lokasi, komputer dan perangkat pelanggan dihubungkan melalui modem satelit ke terminal VSAT dengan diameter parabola 2,4 meter – 4,5 meter. VSAT Link ini menggunakan jenis komunikasi point to point yang berarti komunikasi antar remotenya langsung tanpa melalui Hub. VSAT Link menggunakan satelit Palapa C2 pada transponder 3V untuk berkomunikasi.
3.2.4   Topologi VSAT
Topologi atau arsitektur jaringan menunjukan bagaimana VSAT (remote) terkoneksi dengan stasiun bumi (Hub) atau dengan VSAT (remote) lainnya. Ada beberapa topologi yang digunakan oleh VSAT dalam berkomunikasi, diantaranya:
1.      Topologi Point to Point
Dalam topologi ini sebuah stasiun bumi hanya akan dilayani oleh sebuah stasiun bumi saja. Topologi ini merupakan yang paling sederhana karena hanya melibatkan dua buah stasiun bumi saja. Konfigurasi ini biasanya menggunakan system SCPC (Single Carrier Per Channel). Konfigurasi ini dapat mendukung satu hubungan dalam satu waktu karena hanya ada satu carrier pada frekuensi (Carrier tidak berkompetisi dalam mencapai satelit), sehingga konfigurasi ini tidak memerlukan metode akses.
Keuntungan dari konfigurasi ini adalah tidak adanya delay, sehingga komunikasi dapat berjalan setiap saat. Tetapi hal ini akan mengakibatkan pemborosan terhadap daya pancar dan penggunaan transponder satelit yang kurang efektif karena untuk menciptakan Link komunikasi, carrier akan terus memancarkan walaupun tidak ada informasi yang ingin disampaikan serta pemakaian satu bandwidth oleh satu carrier akan sangat tidak efektif dan memakan biaya.
Gambar Topology Point to Point
2.      Topologi Point to Multipoint
Topologi ini biasanya memiliki stasiun bumi (Hub) yang memancarkan carrier untuk diterima oleh beberapa remote VSAT. Hub hanya perlu memancarkan satu carrier saja untuk diterima oleh semua remote.
Gambar Topology Point to Multipoint
3.      Topologi Mesh
Pada topologi ini, semua remote VSAT harus mampu membuat koneksi dengan remote VSAT lain. Ini berarti remote VSAT harus memancarkan sinyal carrier sebanyak jumlah remote VSAT yang terhubung dengan jaringan tersebut, sehingga setiap remote harus memiliki n-1 modem. Ini akan menjadi masalah jika remote VSAT yang tehubung cukup banyak.
Gambar Topology Mesh
4.      Topologi Star
Pada topologi ini remote VSAT yang akan melakukan hubungan dengan remote lain melalui stasiun Hub, sehingga akan terjadi dua kali Hop yang mengakibatkan delay time akan menjadi dua kali lebih besar dari topologi mesh yang tidak menggunakan Hub. Topologi ini memiliki keunggulan dalam hal efisiensi Bandwidth Transponder satelit dan dalam penghematan daya pancar.
Gambar Topology Star
3.2.5   Aplikasi VSAT
1.    Aplikasi VSAT Receive only :
a.       Stock market & news broadcasting
b.      Training & distance learning
c.       Distribusi financial trends & analisis
d.      Memperkenalkan produk baru pada lokasi pasar yang terpisah secara geografis
e.       Update data pasar, berita, dan catalog (harga)
f.       Distribusi video dan program tv
g.      Distribusi musik ke toko dan area publik
h.      Relay iklan ke papan elektronik di toko retail
2.    Aplikasi VSAT Transmit/Receive
a.       Transaksi Interaktif berbasis komputer
b.      Aplikasi dan backbone internet
c.       Video Teleconferenicing
d.      Database inquiries
e.       Bank transactions
f.       ATM (Automatic Teller Machine)
g.      Reservation system
h.      Distributed remote process control & telemertri
i.        Komunikasi suara dan Voip (Voice Over Internet Protocol)
j.        Transfer elektronik pada point –of – sale
k.       Medical data transfer
l.        Sales monitoring & Stock control
3.2.6 Modem HUGHES HX50
Dalam instalasi Vsat Multi Serviceada beberapa modem tipe Hughes yang dapat kita gunakan yaitu, HN7700, DW7000, dan HX50. Dibawah ini adalah spesifikasi dari modem Hughes HX50 yang akan digunakan dalam instalasi dan konfigurasi VMS.
LED
Tampilan
Keterangan
LAN
Nyala
Terhubung ke PC atau Switch
Berkedip cepat
Ada proses transfer data
Transmit
Nyala
Normal oprasinal
Berkedip cepat
Ada proses kirim frame
Mati
Tidak transmit
Receive
Nyala
Normal Oprasinal
Berkedip cepat
Ada proses terima frame
Mati
Tidak receive
System
Nyala
Normal oprasional
Mati
Link down
Power
Nyala
Normal oprasional
Berkedip
Konfigurasi default
Mati
Tidak mendapat tegangan listrik
           
                                         
Gambar HX 50 Tampak Depan             Gambar HX 50 Tampak Belakang
Gambar Modem HX 50 Tampak Samping
Spesifikasi Modem HX50 :
a.      Teknis Interface
·      Dua 10/100 BaseT Ethernet LAN RJ45 ports
·      Satu serial port (RS-422 atau RS-232)
b.      Fitur-fitur
·      Quality of service fetures include:
·      On-demand constant bit rate (CBR) sevices
·      Minimul CIR with steps to maximum rate (Rate limiting)
·      Minimul CIR with best  to maximum rate (Rate limiting)
·      Best sevices-weighted fair queueing
·      Class-based weighted prioritization
·      Bandwidth allocation
·      Supports both preassigned (static) assigment and dynamic assigment
·      Idle remotes can be to release all network recourse
c.      Spesifikasi satelit & antena
·       Information Rate (Receive or HX System Outbound Channel): Up to 121 Mbps
·       Information rate (Transmit or HX Inbound Channel): Up to 3.2 Mbps
·       Symbol Rate (Receive): 1 to 45 Msps (in 1 Msps steps)
·       Symbol Rate (Transmit): 128,256,512,1024 ksps
·       Frequency Range: C-band, Extended C-band, Ku-band, & Ka-band
·       Modulation (Receive): QPSK or 8PSK
·       Modulation (Transmit): OQPSK
·       BUC Radio:
Ø  1 and 2 watt Ku-band
Ø  2 watt C-band
Ø  1,2,and 3 ½ watt Ka-band
d.     HX50 Mechanical
·      Berat: (IDU): 4.8 lbs (2.18 kg)
·      Dimensi (IDU): 11.5” W x 1.8” H x 11” D
·      (29.21 cm W x 4.7 cm H x 27.94 cm D)
·      Suhu Operasi: IDU: + 320F (00C) to + 1040F (+400C)
·      ODU: -220F (-300C) to + 1310F (+550C)
·      Input power: 90 to 264 VAC; 50 to 60 Hz
·      DC power supply (optional): 12 to 24 VDC
Read More..