Jumat, 25 Juli 2014

Instalasi V-SAT Antena 1.8 M

INSTALASI VSAT / POINTING
MENGGUNAKAN ANTENA 1,8 M
I           Merakit Antena
  1. Langkah pertama yang harus kita lakukan adalah memeriksa kelengkapan pendukung reflector/dish antenna , seperti Pedestal, baut-baut, feedhorn dan LNB. Periksa apakah reflector ada cacat yang disebabkan oleh proses pengiriman barang.
  1. Apakah di lokasi tersebut berupa tanah maka buatlah pondasi sesuai ukuran pedestal yang telah ditetapkan.
  1. Penggabungan antar segmen pedestal, reflector, feed horn serta LNB harus benar-benar terpasang dengan baik dan kencang , usahakan tidak ada baut-baut yang kendor atau tidak terpasang.
  1. Perakitan pedestal / boom antenna harus tegak lurus (90 derajat) dengan garis horizontal bumi, gunakan water pass / angle meter untuk levelingnya, tujuannya agar pada saat pointing diperoleh kemiringan reflector yang optimal.
  1. Setelah antenna terkait dengan benar, persiapkan satu kabel RF pendek dan hubungkan antara LNB ke perangkat spectrum analyzer atau satellite finder. Tentukan arah polarisasi pada feedhorn sesuai dengan transponder yang digunakan , dalam hal ini transponder 4H dengan polarisasi horizontal.
  1. Tentukan frekuensi dan transponder di satellite yang akan kita cari, dalam hal ini Satellite Palapa C2 transponder 4H dengan center frekuensi FWD RF = 3,852Ghz / Lband = 1298Mhz dengan symbol rate 8.7Mbps.
II         Pointing dan Crosspole
II.1.     Pointing Kasar
  1. Sebelum melakukan pointing , harus diketahui terlebih dahulu posisi sudut azimut dan sudut elevasi ( klinometer) untuk satellite yang akan digunakan / diterima pada suatu daerah dimana stasiun bumi / VSAT akan didirikan.
  1. Langkah pertama dalam melakukan pointing adalah dengan menentukan sudut azimut reflector secara kasar dengan menggunkan kompas. Arah 0 derajat dimulai dari arah utara, kemudian ke arah timur adalah positif dan bila ke arah barat adalah negatif.
  2. Setelah itu kemudian arahkan sudut elevasi reflector secara kasar dengan menggunakan angle meter / inclinometer. Sudut 0 derajat adalah sudut yang sejajar dengan bumi.
II.1.     Pointing Halus
  1. Selanjutnya adalah melakukan pointing receive dan transmite. Untuk melakukan pointing halus , dibutuhkan peralatan sebagai berikut :
    • Spectrum analyzer atau Satellite (start freq 1290 stop freq 1330)
    • DC blok dengan catu daya 



    • LNB dan BUC
    • Kabel Pointing
    • Terminal Nera
  1. Keluaran dari LNB dihubungkan melalui kabel pointing ke DC blok dan dari DC blok dihubungkan ke Spectrum Analyzer.
Perhatikan ; konektor F type dengan tegangan V = +/- 18 Vdc ke arah LNB dan konektor N type tanpa tegangan V = 0 volt ke arah Spectrum Analyzer. Apabila menggunakan satellite finder , hubungkan keluaran LNB ke satellite finder dengan ; konektor F type (satellite finder sudah mensupply tegangan dc 13/18V).
  1. Kemudian lakukan pointing receive untuk mengarahkan antenna ke satellite, caranya dengan memutar azimut dan elevasi secara perlahan hingga diperoleh sinyal dari satelit yang dicari, langkah yang tepat adalah putar sudut elevasi setelah mendapat sinyal hingga maksimum kencangkan baut azimut kemudian putar polarisasi feedhorn hingga mendapat sinyal yang maksimum, langkah tadi dilakukan secara berulang hingga diperoleh sinyal receive yang maksimum.
  1. Hubungkan input BUC pada feedhorn melalui kabel transmit ke peralatan terminal Nera pada keluaran yang berlabel TX, kemudian hubungkan output LNB melaui kabel receive ke input terminal berlabel RX.
  1. Selanjutnya hidupkan perangkat terminal Nera, untuk menerima sinyal dari satellite di transponder yang telah ditentukan. Untuk melihat SNR di terminal gunakan perintah dvb rx show
  1. Lakukan croospole dengan pure carrier / CW sesuai dengan frekuensi dan petunjuk dari NCC PT.Indosat (021-5455122). Untuk melakukan CW dari terminal gunakan perintah dvb tx cw on (level tx).
  1. Kencangkat baut-baut azimut , elevasi dan feedhorn setelah diperoleh crosspole dengan hasil yang sesuai dengan rekomendasi NCC PT.Indosat dan mintalah printout hasil crosspole tersebut dari NCC PT.Indosat ke IM2 wilayah.
  1. Kemudian lakukan kordinasi ke NOC IM2 untuk dilakukan routing oleh NOC dengan menginfokan Nama Pelanggan , MAC Address Modem.
  1. Check internet menggunakan command prompt dengan perintah : ping 202.155.0.10 , hasil reply (berhasil)
Microsoft Windows XP [Version 5.1.2600]
(C) Copyright 1985-2001 Microsoft Corp.
C:\Documents and Settings\RICKY>ping 202.155.0.10
Pinging 202.155.0.10 with 32 bytes of data:
Reply from 202.155.0.10: bytes=32 time=54ms TTL=61
Reply from 202.155.0.10: bytes=32 time=54ms TTL=61
Reply from 202.155.0.10: bytes=32 time=62ms TTL=61
Reply from 202.155.0.10: bytes=32 time=76ms TTL=61
Ping statistics for 202.155.0.10:
    Packets: Sent = 4, Received = 4, Lost = 0 (0% loss),
Approximate round trip times in milli-seconds:
    Minimum = 54ms, Maximum = 76ms, Average = 61ms
PROSEDUR INSTALASI TERMINAL
Terminal Satlink Nera harus dikonfigur agar bisa berkomunikasi dua arah via satellite ke gateway (hub station). Ada dua aspek konfigurasi yang mesti diperhatikan, diantaranya :
  1. Parameter DVB-RCS Return Link, parameter ini di set dari gateway via forward  link pada saat logon ke gateway.
  2. Konfigurasi terminal. Hal ini dilakukan pada saat instalasi.
Ada beberapa cara dalam mengkonfigurasi terminal :
  1. Menggunakan CLI (Command Line Interface)
·         Via RS232/Hyper Terminal
·         Telnet (dari LAN local atau dari gateway)
  1. Menggunakan Web Interface dari LAN local
A.        Mengkonfigurasi Terminal menggunakan Command Line Interface (CLI)
Command line interface dapat diakses melalui telnet atau port RS232. Parameter penting yang harus dilakukan , yaitu :
1.Start up Sequence
Ketika terminal dihidupkan (turn on) , maka Boot SW akan start up.
Nera Satlink Boot-loader
- SW ID 101225 , Revision 7.5.3.5
Press return to enter boot-loader
(jangan di enter jika tidak ingin running ke boot-loader)
Setelah itu DVB-RCS Application akan start up (loading), tampilannya seperti di bawah ini,
Loading application …………..
Nera Satlink 1901
- Main Board ID QRF2199282 , Revision R6.3
- SW ID 101224, Revision 7.0.3 Build 27
File system initialized
Ethernet Interface MAC Address : 00:60:c0:2f:b1:34
DVB Interface MAC Address : 00:60:c0:2f:b1:34
Retrieving configuration ….done
Starting DVB Interface
Aplikasi DVB-RCS akan meng-inisialisasi file system, me-restore semua parameter konfigurasi terminal, melakukan konfigurasi , dan receive dan transmit signal untuk logon ke gateway (apabila di set “autotart”)
Kemudian login sebagai administrator dengan
1901
1901
 user name       : root                                                    user name       : install
password         : Nera                                                  password         : dvbrcs
2. Konfigurasi IP
Ada dua IP yang harus di set up, yaitu IP LAN (eth) dan IP SNMP (DVB). Command pada CLI yaitu :
a.      Set IP LAN (eth)
      # ip set 1 <ip address> <netmask>
     
      Contoh         :           # ip set 1   219.83.112.73     255.255.255.248          
b.      Set IP SNMP (DVB)
      # ip set 3  <ip address> <netmask>
     
Contoh         :           # ip set 3   10.10.40.17   255.255.255.255
Kemudian pastikan konfigurasi IP sudah di set dengan menggunakan command : ip show , setelah itu save konfigurasi dengan command save config
Jika anda lupa dengan command CLI, anda bisa ketik command
# ? ip
3 Parameter Forward Link
Parameter ini digunakan untuk mengidentifikasi forward link yang ditransmit dari gateway.
Diantaranya adalah :
Set symbol rate : dvb rx symbrate <RX symbol rate> (dalam symbol per sec)
Set frekuensi : dvb rx freq <RX frequensi> (dalam KHz)
Kemudian pastikan parameter ini sudah di set dengan menggunakan command :
dvb rx show , setelah itu save configuration dengan command save config
Contoh :
# dvb rx symbrate 28000000 (artinya set symbol rate 28.0Msps)
# dvb rx freq  3840000  (artinya set frekuensi 3840 Mhz)
# save config
# dvb rx fwdlink 2 1 12592593 3830500 dvbs 2
# save config
# dvb rx show
Satellite (DVB) RX Configuration
--------------------------------
Auto start          : Enabled
RX watchdog         : 15 minute
Idx  Pri  Freq[GHz]  SymbRate[Msps]  Mode   PopId
* 0    0   3.840000  28.000000       DVB-S    2
1    0   3.805000  12.592593       DVB-S    2
State                            :           Off
Jika anda lupa dengan command pada CLI , anda bisa ketik command
# ? dvb rx
4 Out Door Unit Parameter
Parameter ini digunakan untuk mengkonfigurasi ODU yang digunakan. Command yang digunakan adalah :
# odu antenna 5
# odu lnb 80 ( 1 = 1901, 80 = 1910 )
# odu lnbdc 1 (untuk mengaktifkan tegangan dc pada RX terminal, 0=off, 1=on)
# odu rxlolo  5150  (artinya set low local oscillator pada LNB 5150 MHz)
# odu rxlohi  5150  (artinya set high local oscillator pada LNB 5150 MHz)
# odu rxlosw  5150  (artinya set switch local oscillator LNB pada 5150 MHz)
# odu txtype  81  (set jenis BUC yang digunakan, 1 = 1901, 81 = 1910)
# odu txdc  1  (untuk mengaktifkan tegangan dc pada TX terminal , 0=off, 1=on)
# odu  txlo 4900  ( artinya set local oscillator BUC pada 4900  MHz)
# save config
# odu show
ODU Transmitter (BUC)  Configuration
 

Type                                        :           Unknown – No DISEqc support
Local oscillator                        :           4.900000 GHz
24V DC supply                        :           On
ODU Receiver (LNB)  Configuration
 

Type                                                    :           Single Polarisation
Local oscillator – High band                :           5.150000 GHz
Local oscillator – Low band                :           5.150000 GHz
Oscillator switching frequency           :           5.150000 GHz
13/18V DC supply                               :           On
LO Switching mode                            :           22kHz
5 Posisi Terminal
Parameter ini didapat dengan menggunakan GPS pada saat instalasi, parameter ini menggambarkan posisi terminal (antenna) yang akan di instalasi.
Command yang digunakan adalah :
a. Konfigurasi Latitude
# dvb pos lat <deg> <min> <mindec> <dir>
dimana :
deg=degrees, min=minute, mindec=1/100 minutes, dir=direction (0=north, 1=south)
b. Konfigurasi Longitude
# dvb pos long <deg> <min> <mindec> <dir>
dimana :
deg=degrees, min=minute, mindec=1/100 minutes, dir=direction (0=east, 1=west)
c. Konfigurasi Altitude
# dvb pos alt <height>
dimana : height = ketinggian dari permukaan laut (meter)
Contoh :
# dvb pos lat  1  28  45  1
# dvb pos long  124  50  78  0
# dvb pos alt  30
# save config
# dvb pos show
Latitude          :           1°28.45’ south
Longitude       :           124°50.78’ east
Altitude           :           30m
Jika anda lupa dengan command pada CLI, anda bisa ketik : # ? dvb pos
Setelah parameter-parameter diatas sudah dikonfigurasi, kita sudah bisa melakukan pointing antenna untuk mencari signal transmit (forward link) dari gateway.
6. Transmitte parameter pada terminal
Parameter ini digunakan untuk merubah / men-adjust transmite level pada terminal, command yang digunakan adalah :
# dvb tx stop  (artinya log off terminal)
# dvb tx outpow <power level,.. -15,-16..>
# save config
Ketika signal forward link sudah diterima (receive) oleh terminal , kemudian aktifkan transmit terminal dengan menggunakan command :
# dvb tx start
# dvb tx cw on < power level, default -15> <frekuensi RF, dari NCC> 10^3
RF = 6065
IF = 70
Mis :  dari NCC diberi signal IF = 72 maka untuk signal RF=72-70 + 6065 = 6067
82.11-70=12,11
Setelah Cross Polarization dilakukan, signal CW di non-aktifkan dengan command :
# dvb tx cw off
# dvb tx start
# dvb tx autostart

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

masukkan komentar anda disini